Senin, 14 Juli 2008

titik kematian...



Sahabat…
Tataplah tanah pekuburan yang berada di sekitar kita
Itulah istana terindah yang kita miliki
Itulah kasur terakhir yang kan kita nikmati
Itulah tempat pasti yang kan kita huni
Sudah siapkah kita untuk menghuninya ?
Siap atau tidak siap ..,pasti kita kan menghuninya

Mungkin kita merasa belum mem-booking kavling disana
Tapi itulah keadilan Tuhan…
…bahwa otomatis setiap kita sudah mem-booking-nya
Bebas uang muka…
Tidak ada cicilan jangka panjang…
Tanpa sertifikat kepemilikan…
Tapi nama kita dipastika ada dalam daftar tunggu

Sahabat …
Saat ini hakikatnya kita sedang menunggu panggilan
…panggilan kematian tuk menghadap Sang Khalik
Dan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan dan ucapan
Di Mahkamah Rabbi seperti itulah kita pasti kan peroleh keadilan
Meski tanpa pembela dan tekanan massa
Dan tanpa mengeluarkan uang se-rupiah-pun
Kita kan tetap peroleh keadilan

Sahabat…
Ku tatap liang lahat untuk kita sudah mulai terbuka
Gundukan tanah merah siap mengurug kita
Papan nisan sedang dipahat bertuliskan nama kita
Semua tinggal menunggu panggilan
Esok…lusa…hanya soal waktu
Sakit…kecelakaan…usia…hanya soal metoda
Di rumah…kantor…klinik…hanya soal tempat
Kita tidak bisa memilihnya…
…karena itu soal rahasia Illahi

Sahabat…
Sesungguhnya hidup tidak diukur dalam satuan waktu
Usia bukanlah tolok ukur utama
Kekayaan tidak bisa dijadikan alat negosiasi
Jabatan tidak bisa digunakan alat untuk menekan
Pengalaman tidak bisa dijadikan argumen
…akhirnya semua kan bermuara pada titik kematian

Tahun lalu saudara kita…
Bulan lalu tetangga kita…
Minggu lalu sahabat kita…
Esok atau lusa mungkin giliran kita
Ntah apa bekal kehidupan yang tlah kita siapkan tuk disana
Tanyakan pada nurani yang jujur…dan terdalam…

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com